Oleh: Hujan Tarigan
Chapter I
Panggung : Terlihat sepi. Di panggung terlihat sebuah meja terletak di sudut kanan. Selembar bendera lusuh terikat pada sebatang bambu dan hampir tumbang menyentuh tanah
Musik : Suara tetesan hujan yang mulai reda. Suara-ayam-ayam dan unggas lain. Terdengar suara anak-anak bermain.
Lampu : Redup, perlahan-lahan cerah, seiring suara tetes hujan yang semakin mereda.
MASUK BEBERAPA PETANI, MEMIKUL PACUL DAN MENJINJING
BAKUL. BERSENDA GURAU DAN BERHENTI DI TENGAH PANGGUNG.
1.
Petani 1
(MEMBUNGKUK DAN MELETAKKAN
PACULNYA PERLAHAN-LAHAN). Wah… hujannya sudah reda ya?
2. Petani 2
(BATUK). Iya, hujannya reda.
Matahari sudah muncul lagi pagi ini.
3. Petani 3
(MENURUNKAN BAKULNYA). Seminggu
hujan terus, sawah kita sudah tergenangi air. Sekarang sudah menjadi pemandian
bebek-bebk agaknya. Lihat..! (MENUNJUK LANGIT). Ada pelangi yang melingkari matahari.
4. Petani 2
(BATUK). Ya… salam.. indah
sekali. Seperti puisi langit yang dihadiahi pada kita sereda hujan.
5. Petani 1
Ck..ck..ck. kalian ingat ini hari
apa?
6. Petani 2
Hari Minggu
7. Petani 3
Memangnya kenapa kang?
8. Petani 1
Tidak, tidak apa-apa.
9. Petani 2
Wah… kakang ini lho,
ada-ada saja. Kenapa memang hari ini?
10. Petani 1
8 tahun yang lalu, Soekarno
mencatat sejarah baru di bumi kita ini.
11. Petani 2
Astaga! Nyong kok lupa ya? Piye
iki?
12. Petani 3
17 Agustus…. Ini khan? Wis, sekarang cepetan turunnya. Nanti
kita ketinggalan konvoi lho.
13. Petani 2
Memangnya ada konvoi apaan toh yuk?
Setahuku malam nanti akan ada syukuran di balai desa. Apa.. ada tambahan acara
lain ya?
14. Petani 1
Ada, kabarnya Soekarno mau mampir disini..
15. Petani 2
Ah.. mosok? Meriah
acaranya…
16. Petani 1
Oh… ya wis lah sekarang. Ngobrolnya kita
hentikan saja. Biar beres-beresnya cepat selesai…(MENGANGKAT PACULNYA).
17. Petani 3
Ayo kang, kita jalan…
18. Petani 2.
Monggo kang, monggo m’ba yu
SEMUA PETANI BERJALAN MENUJU SIDE KIRI. BLACK OUT
MASUK ORANG GILA, DANDANANNYA SEPERTI SEORANG TENTARA,
TERBUNGKUK-BUNGKUK SAMBIL SESEKALI MENAHAN BATUK.
19. Orang gila.
Hujannya sudah reda ya?
(MERAPIKAN BAJU DAN DANDANANNYA). Seminggu hujan terus, he..he… capek juga dia
akhirnya. Jauh-jauh aku datang dari sebuah negeri entah, ya.. negeri entah..
sebuah negeri yang entah… entah, gitu lho..
Entah negeri itu benar-benar ada,
entah negeri itu tidak benar-benar ada… ah.. entahlah (TERTAWA). Sekarang di
negeriku juga sama seperti disini, sedang musim hujan. Hujan terus.. sepanjang
malam. Bagi, yang sudah memiliki pasangan, hujan malam-malam bisa
menggairahkan.. tapi,, bagi yang sendiri? Iya.. iya matilah kedinginan sendiri.
Tadi malam, walaupun hujan, tapi di langit ada bintang.. di genangan air ada
bintang… di dadaku juga ada bintang. Bintang-bintang keberanian. (MENIUP BINTANG-BINTANGNYA
SATU-SATU). Ini kudapat ketika aku menjadi laskar pada peristiwa battle of Britain..
kala itu, pesawat yang kutumpangi dengan gagah menabrakkan diri pada kapal
negara kapital di pearl harbour. Bintang ini dari Soekarno. (TERTAWA). Bintang
yang ini kudapat ketika peristiwa Bandung
lautan api. Aku sudah menjadi prajurit ketika itu. Aku kenal dekat dengan
Muhammad Toha. Dia sempat ngopi denganku sebelum pada akhirnya kami berpisah
untuk selama-lamanya. Ini bintang yang
paling aku suka, bentuknya seperti salib. Unik. Kalau tak salah bintang ini aku
dapatkan ketika perang Diponegoro. Ya.. Diponegoro. Aku juga kenal orang itu,
pahlawan Aceh yang matinya di gantung itu. Wow… aku terinspirasi oleh
semangatnya. Bintang yang ini… yang ini…yang ini dan yang ini..ada banyak
bintang didadaku yang tak bisa aku ceritakan semua.. bintang-bintang
keberanian…. Bintang-bintang yang tak dimiliki oleh setiap orang. Bintang yang
tak dimiliki tuhan.
Bintang… bintang…. Bin…
(TERPUTUS. MASUK BEBERAPA PEMUDA).
20. Pemuda 1
Ayo, minggir bung, jangan ditengah jalan. Nanti
ketabrak orang yang lalu lalang lho. (ORANG GILA BERHENTI, SEDIKIT BERGESER).
21. Pemuda 2
Dasar wong edan,
minggir-minggir.. aku tabrak juga kau!
22. Orang gila
(MENYINGKIR). He.. tidak punya
sopan, ngeledek pada seorang prajurit, tak takut kualat kau?
23. Pemuda 2
Siapa peduli kau ini siapa? Kau
tidak lihat aku sedang sibuk ya? Lagi pula kau mengaku sebegai seorang pejuang…
siapa yang percaya.
24. Pemuda 3
(SAMBIL MENGANGKAT UMBUL-UMBUL) Hei
pemalas, apa tidak ada yang seru dari kegilaanmu?
Pejuang… pejuang apa?
Pengangguran, tak punya kerjaan! Zaman sudah merdeka bung, kau masih saja
menenteng-nenteng senjata.
25. Pemuda1
Sstttt… sudah-sudah. Jangan
diladeni. Minggir-minggir.. (MENDORONG orang gila). Ayo.. minggir orang gila…
26. Orang gila
Ah… (MARAH). Jangan buat aku
marah. Jangan buat sang komandan yang murah hati ini jadi murka. Kalian.. apa
tidak ada kerjaan lain? Sana…
berbaris… cepat….!!!(MENGANGGKAT TONGKAT DAN MULAI MENYERANG). Laksanakan…!!!
27. Pemuda 2
Awas! Dia jadi gila… ayo kabur….
Kabur!!!
SEMUA PEMUDA LARI MENINGGALKAN
ORANG GILA SENDIRI.
28. Orang gila
Hei…. Mau kemana kalian semua?
Kembali… kembali kedalam barisan kunyuk. Bah… dasar penakut, laskar mental tempe! Sinting!
TERDENGAR suara DARI BALIK PANGGUNG
“Proklamasi
Kamoë bansa Indonesia, deungòn njoë meupeunjata
kemerdehkaan Indonesia
Hai-hai njang meunjangkôt peneudjôk keukuwasaan dan
laèn-laèn, dipeugôt deungòn but njang jrôh dan lam watèë njang sepaneuk-paneuk
djih
Jakarta, Tujoëh blah Agustus sikureuëng blah peuët plôh
limoëng
Ateueh Nan Bansa Indonesia
Soekarno-Hatta”
ORANG GILA TERIAK “MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA!”
29. Sugino
(MASUK). Lapor komandan! Deville
sudah memasuki gerbang. Bandung
secepatnya kita rebut kembali.
30. Orang gila
Siapa kau?
31. Sugino
Bagaimana anda sudah lupa?. Saya
Sugino, teman karibmu di kesatuan
32. Orang gila
Oh…begitu? Maaf aku sedikit lupa.
Akhir-akhir ini ingatanku memang sedikit terganggu. Maklumlah. Menurut berita
dari orang yang datang dari kampung tempatku tinggal, istriku sedang hamil
muda. Ah.. aku jadi gembira. Gembira sekali.
33. Sugino
Kalau begitu, aku juga ikut
berbahagia komandan. Tentunya sekarang kau sudah semakin sukses saja. Punya
karir yang bagus, punya istri yang cantik, dan sekarang bakal punya anak. Wah…
hebat.
34. Orang gila
Oh.. tentu. Tentu itu. Tidak semua lelaki yang
bergabung didalam kesatuan ini, sekarang memiliki perasaan sepertiku.
(TERTAWA). Aku sudah tak tahan untuk kembali merebut Bandung. Aku sudah tak sabar untuk kembali
kerumah dan berkumpul dengan istriku.
35. Sugino
Aku jadi iri pada kau, komandan.
36. Orang gila.
Apa? Iri? Sugino, kau adalah
teman baikku. Tapi, disini, di kesatuan ini, hubungan itu harus kita lupakan
sejenak. Aku komandanmu. Dan kau bawahanku. Sudah jelas ‘kan struktur kerjanya?
37. Sugino
Maaf kawanku yang sekarang
komandan. Maksudku, hidup kau benar-benar sempurna sekarang
38. Orang gila
Oh iya… tentu itu. Ah.. sudah.
Sekarang, kau kembali kebarisan. Sebentar lagi inspeksi akan kulakukan.
Berbarislah kalian yang benar..
SUGINO KELUAR
39. Orang gila
Aku senang sekali sekarang.
Mudah-mudahan saja, tuhan masih memberiku satu kehidupan lagi nanti.
Mudah-mudahan saja, Bandung
bukan tempat terakhir aku mengangkat senjata. Aku masih ingin hidup lama tuhan…
(BATUK DAN MENGINGAT SESUATU)
MASUK SUGINO DAN BEBERAPA
LASKAR LAIN.
40. Sugino
Lapor komandan! Pasukan sudah
siap!
41. Orang gila
Bagus.. sekarang, bersiaplah.
Kita akan menulis sejarah baru. Hari ini, walau nama kita tak semuanya tertulis
dalam prasasti, tapi ingat, bukan untuk sebuah nama yang dikenang kita pergi
berjuang. Tapi untuk sebuah kemerdekaan. Kemerdekaan yang mahal.
Apa kalian menyesal telah menjadi
sukarelawan dan bergabung dalam TKR?
(SEMUA PRAJURIT MENYAHUT “TIDAK”). Bagus kalau begitu. Aku senang mendapat darah yang baru. Darah yang dipenuhi semangat kemudaan. Semangat kemerdekaan.
Kau (PADA PRAJURIT SATU). Siapa namamu?
42. Prajurit1
Jarot komandan.
43. Orang gila
Bagus. Apa yang ada di pundakmu itu?
44. Prajurit 1
Bedil komandan
45. Orang gila
Tolol! Bego! Sinting! Dungu! Kau tidak lihat apa yang ada di
pundakmu itu? (PRAJURUT 1 MENGGELENG BINGUNG). Itu harapan dan cita-cita rakyat
Indonesia
tolol. Di pundakmu sekarang sedang ditimpakan harapan itu, kau mengerti?
46. Prajurit 1
Siap!! Mengerti komandan!
47. Orang gila
Bagus anak muda. Dan kau (PADA PRAJURIT 2). Apa yang ada di
pundakmu?
48. Prajurit 2
Cita-cita kemerdekaan
rakyat Indonesia,
komandaan ! (CEPAT DAN KERAS)
49. Orang gila
Guoblok! (MENYIKUT PRAJURIT 2). Itu bedil! Kau tanyakan pada
anak umur tujuh tahunpun, dia pasti jawab kalau itu bedil. Bodoh kok
dipelihara! Dan ini apa ini? (MENUNJUK KEPALA PRAJURIT 2). Segala bakul di
bawa-bawa. Memangnya kau mau main ketoprak?
50. Prajuri 2
Siap komandan! Belum dapat topi baja dari markas. Perintah
markas komandan, bunuh satu Belanda dan rebut topi bajanya
51. Orang gila
Cukup! Banyak alasan kau! ( MENINJU PERUT PRAJURIT 2). Kau
belum makan ya? (PRAJURIT 2 MENGGELENG DIIKUTI PRAJURIT YANG LAIN). Sama, aku
juga belum makan dari malam tadi.
Lihat, lihat si tolol ini, apa yang dibawanya? (PADA
PRAJURIT 3). Bambu runcing, dandang nasi, (TERTAWA). Kau mau kemana nak? Mau
apa kau dengan bambu itu?
Pulang sana..
(KEPADA PENONTON). Ha..ha terlalu banyak dia ini mendengar dongeng ternyata.
Hei.. anak muda, kau yakin bisa membunuh seorang Belanda dengan itu?
52. Prajurit 3
Siap! Sebenarnya tidak yakin komandan!
53. Orang gila
(TERTAWA). Bagaimana kau bisa maju kemedan perang, tanpa
keyakinan? Dasar amatiran! Kalau begitu, kau pasti mati muda. Sana kembali ke markas. Bilang pada kopral
Djono, aku memerintahkanmu untuk mengambil senjata.
54. Prajurit 3
Siap Dan! (BERLARI KE ARAH SIDE KIRI)
55. Orang gila
Aku tak mau dia mati konyol.
TERDENGAR DESINGAN PELURU DAN SUARA LEDAKAN BOM
56. Prajurit 3
(BERLARI MASUK DENGAN KEADAAN SEPERTI TERTEMBAK). Sembunyi,
sembunyi! Kita diserang! (TAK LAMA MASUK BEBERAPA LASKAR LAINYA, BERKUMPUL DAN
BERTAHAN DI ATAS PANGGUNG). Komandan, markas sudah di kepung, lari masuk hutan!
57. Orang gila
(PANIK). Cukup! Medis! (MEMANGGIL PETUGAS MEDIS). Bawa dia
ke tempat yang aman!
58. Prajurit 3
Ko.. komandan (TERBATA-BATA). Ada yang berhianat. Iya, ia dekat disini. Di
luka ku ini….
59. Orang gila
Wahai, siapa dia? Anak muda, nasibmu sangat menyedihkan.
Beristirahatlah yang tenang..
60. Prajurit 3
Hati-hati komandan! Selamat berjuang! Selamat
jalan!(KEMUDIAN MATI)
61. Orang gila
Pasukan! Bertahan, bertahan… buat barikade sekarang juga!
(KEMUDIAN DENGAN GARANG BERDIRI MENANTANG PENONTON). Aku adalah macan hutan,
nyawaku ada sembilan! Hilang satu, tinggal delapan. Belanda silahkan kalian
datang. Boleh kalian menantang, boleh kalian terbujur kaku telentang!
Aku Singo Edan, tidak mundur selangkahpun. Rakyat Indonesia
bersamaku. Merdeka! Merdeka! Mer-de-ka…(DARI BELAKANG SUGINO MENEMBAK KEARAH
SINGO EDAN, ORANG GILA JATUH SEKETIKA). Aku tertembak.. aku kena! ( MERANGKAK DAN NAIK
KEATAS MEJA. DUDUK DAN MEMPERHATIKAN LASKARNYA BERTAHAN)
PARA LASKAR
MUNDUR DAN MENGHILANG DI SIDE KIRI.
62. Sugino
Bagaimana Singo Edan? Pertempuranya mengesankan? Semua
pasukanmu mati di dalam hutan. Seratus orang kurang dua. Sementara kau
melarikan diri. Dimana semangat heroik dan patriotik yang selama ini kau kobar-kobarkan?
63. Orang gila
Sudahlah! Jangan kau bahas lagi itu. Setiap kali aku
mengingat pertempuran itu, aku mau muntah sendiri. (TURUN DARI MEJA Masih
Menahan Sakit Di punggung). Kau sendiri!
Kemana kau saat itu? Kenapa ketika pertempuran dimulai kau sembunyi di
belakangku? Kenapa Sugino, kenapa kau tembak aku dari belakang…..?
63. Sugino
(TERTAWA). Singo, singo… pertanyaanmu itu sudah terlalu basi
untuk kujawab. Singo, kau memang pemberani, kau memang berprestasi. Apa yang
tak kau miliki? Jujur saja. Aku sangat iri bila melihat bintang-bintang yang
tersemat di dadamu. Aku iri melihat kedekatanmu dengan para petinggi. Aku iri
melihatmu, mempunyai istri yang cantik. Dan aku iri, melihat kau jadi komandan
kompi. (TERTAWA). Kadang-kadang aku tertawa sendiri bila mengingatmu Singo.
Yeah… hanya tertawa saja. Singo sianak bodoh, yang dulu selalu kupermainkan dan
ku tipu, tiba-tiba bisa menjadi seorang pemberani dengan segala kemujuran
nasibnya. Ha..ha.. aku tak bisa terima itu Singo.
64. Orang gila
Kau penghianat professional! Persetan dengan kau! Yang
penting sekarang kau telah membusuk di neraka! Aku puas… aku puas telah
mengeluarkan isi kepalamu bedebah! (TERTAWA).
65. Sugino
Singo, aku telah merebut hidupmu. Kau harus ingat itu! Aku
telah merebut istrimu yang cantik. Aku telah merebut anakmu. Aku telah merebut
segala simpati orang yang diberikan padamu.
Aku lebih puas lagi, lebih puas dari kau Singo edan!
66. Orang gila
Cukup! Aku sudah cukup puas melihat mu mati dengan cairan
putih yang keluar dari kepalamu. Aku puas. Kau sudah tak merasakan alam
kemerdekaan. Ha..ha… kau terkurung di dasar neraka. Dasar kutu busuk!
67. Sugino
Singo, aku memang mati dan itu oleh tanganmu sendiri. Siapa
bilang aku terkurung oleh dosa-dosaku? Buktinya, saat ini aku bersamamu, selalu
bersama ketika kau merasa sepi dan butuh hiburan. Butuh romantisme! Ha..ha..
aku merdeka Singo! Merdeka yang sesungguhnya. Sedang kau? Aku begitu sedih bila
melihatmu Singo. Kalau air mataku bisa menetes, aku akan menangis sepanjang
malam, hanya untukmu kawan. Siapa bilang kau merdeka? Siapa bilang kau
mendapatkan jerih susahmu selama revolusi menyala?
Ha.. taik kucing! Lihat! Kau… gembel! Lihat! Kau.. miskin!
Lihat! kau.. bau! Tak adakah bonus yang kau terima dari hasil kerjamu? Tak
adakah perhatian dan hormat orang sekelilingmu? Bung, 8 tahun kita merdeka. Roda
revolusi berjalan dengan sangat cepatnya. Semua tergiling. Yang sanggup
bertahan akan memakan segalanya. Yang tidak sanggup… hah… gila… gila seperti
kau Singo.
Aku iba sekali bila melihatmu di cemooh orang-orang… kasihan
kau. Tapi aku patut bersukur padamu Singo. Kematianku ditanganmu ternyata ada
hikmahnya. Andaikan saat ini aku hidup, entahlah, apa aku bisa bertahan.
68. Orang gila
Hei… manusia buduk! Picik sekali pemikiran kau! Aku bukanlah
orang yang patut dikasihani. Bukan! Kehormatan bagiku bisa menjadi malaikat
maut bagi dirimu. Orang seperti kau, bila saat ini hidup, paling-paling Cuma
bisa menjai labuh putih. Menggantung pada orang yang berharta. Tak segan untuk
menjilat pantat mereka. (TERTAWA)
69. Sugino
Jangan sinis melihatku orang gila. Tapi sinislah pada dirimu
sendiri.
Jangan tertawa padaku. Tapi tertawakanlah nasibmu yang
sekarang ini. Manusia yang hidupnya hanya bersandarkan pada ideologi,
mimpi-mimpi…tak mau melihat realita…dapat apa kau dari itu semua? Kemerdekaan?
Kau bilang kau merdeka? (TERTAWA). Sejak kapan kau merdeka? Perasaan sejak aku
mati kau tak pernah merdeka. Memang sih, sepintas hidupmu merdeka. Melebihi
kemerdekaan itu sendiri.
Tapi sesungguhnya kau terantai oleh kemerdekaanmu.
Terbelenggu oleh rasa penyesalanmu! Dan sanksi masyarakat yang kau terima telah
memojokkanmu jauh… di sudut kolom hiburan sejarah. Kau bukan siapa-siapa… kau
tak layak untuk masuk kedalam catatan sejarah. Kau kalah, kalah, kau tak pernah
merdeka. Kau penyendiri, kau penikmat onani. Kau sepi. Kau…
70. Orang gila
Cukup Sugino! Atau aku akan membunuhmu untuk yang kedua
kali?
71. Sugino
Kalau kau rasa itu perlu. Bunuhlah… kalau kau rasa kau bisa
merdeka, lakukanlah…
aku hanya potongan-potongan citra yang terekam dalam memori
ingatanmu. Kalau kau rasa itu penting, jangan tunggu waktu lagi, jangan tunggu
esok hari, ini moment yang tepat
TERDENGAR RINTIK HUJAN SAYUP-SAYUP
73. Orang gila
Banyak omong kau! (LALU DENGAN CEPAT SINGO MENGELUARKAN
PISTOL MAINANNYA DAN MENEMBAKKAN KEARAH SUGINO).
Mampuslah kau!
(TERDENGAR BUNYI
PELURU, BLACK OUT. SUGINO JATUH KE LANTAI)
Matilah kau untuk kedua kalinya…
74. Sugino
Merdeka!
LALU ORANG GILA MEMBERESKAN JENASAH SUGINO. MEMBAWANYA
KELUAR PANGGUNG.
75. Orang gila
(MENYESAL, MENAHAN NAFAS, MENGGERAM). Kenapa ya.. tuhan,
kenapa aku di takdirkan sendiri. Sugino adalah temanku, sekaligus musuhku. Tapi
sampai saat tadi, hanya dia yang kumiliki. Aku tak punya apa-apa lagi tuhan.
Aku tak punya sesuatu yang bisa aku banggakan. Kemerdekaan telah mengucilkan
aku dari kehidupan. Kehidupan telah menertawakanku sebagai Singo Edan.
Tuhan, aku pernah berharap suatu ketika setelah Indonesia
merdeka, aku punya istri, punya anak yang sekolah tinggi punya Sugino yang
sudah kuanggap bagian hidupku. Punya merdeka.. merdeka dari ketersesakan
dadaku.
Apalah daya. Tuhan…
(MENGHAMPIRI BENDERA YANG TERKULAI). Aku Cuma manusia yang
hidup dengan mimpi-mimpi. Tanpa mimpi hidupku sepi. Hidupku sepi.
(NAIK KE ATAS MEJA). Sekarang aku mau mati. Aku numpang
mati di bumimu. Terserah kau terima atau tidak. Aku mati, mati sepi. (LALU
MEREBAHKAN DIRI).
SUARA HUJAN. BLACK OUT
Chapter II
PANGGUNG MASIH SAMA. ORANG TUA TERBARING DI MEJA. SUARA
HUJAN SUDAH TAK TERDENGAR
1. Petani 1
Wah… benar-benar kemerdekaan ini anugerah tuhan. Tadi
hujan… sekarang sudah reda.
2. Petani2
Iyo, kang, hujannya reda lagi. Nanti malam, jadi peta
slametanya ya. Aku dengar Soekarno sudah sampai di desa sebelah.
3. Petani 3
Lha, iki sopo to kang? (MENUNJUK PADA ORANG GILA
YANG TERTIDUR DI MEJA). Hujan-hujanan tidur disini.
4. Petani 1
tidurnya begiu pasrah. Wajah yang jujur, wajah yang
berseri. Dia tidur seperti mati
5. Petani 2
lha kang, iki mayit iki, wis ora eneng nyowone…
yakin aku iki mayit….
6. Petani 1
bener ini mayit? Kamu yakin? Yo wis, ojo di ganggu turune. Meneng wae.
Yuk mlaku maneh, mengko awak dewe ketinggalan pesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan