Oleh: Murti Latia
Sepakbola adalah satu olah raga yang lekat dengan mitos dan tahayul. Kemenangan dan kekalahan suatu tim dalam sebuah laga, kerap mendapat respon yang kadang kala malah menjurus ke mistik.
Kemenangan Brasil atau kekalahan Spanyol di ajang Piala Konfederasi yang baru usai itu, tentu menyisakan satu cerita lain di pinggir lapangan.
Apalagi kisah mengenai perhelatan Piala Konfederasi yang konon sarat dengan kutukan ini, tentu akan menjadi perbincangan menarik lain daripada seputar kegagahan Brasil mempecundangi Spanyol dengan tiga gol tak berbalas.
Sebagai satu-satunya negara yang hari ini bisa mencetak quatrick gelar juara Piala Konfederasi, Brasil boleh saja berbangga hati. Gelar pada tahun 1997, 2005, 2009 dan 2013 itu tentu akan menjadi catatan sejarah selama pergelaran ajang ini digelar pertama kali dengan nama Piala Raja Fahd di tahun 1992.
Namun, sejak digelar pada tahun 1992 lalu, tercatat sejumlah kutukan menimpa para jawara yang berhasil meraih gelar juara Piala Konfederasi.
Berawal dari kesialan yang menimpa juara King Fahd Cup, Argentina pada 1992. Dalam edisi perdana laga itu, Argentina sukses menenggelamkan negara yang sudah mengagas kejuaran yang hari ini dikenal sebagai Turnamen Piala Konfederasi. Arab Saudi harus bertekuk lutut di hadapan argentina dengan skor 1-3. Namun, dua tahun setelah pesta pora kemenangan itu, Argentina harus mengepak koper dari Amerika Serikat. Tim Tango harus mundur dari ajang Piala Dunia 10994 setelah hanya mampu mencapai ronde kedua dan disingkrkan Rumania2-3.
Brasil pun mengalami kesialan yang sama. Meski pada perdana Piala Konfederasi 1997 berhasil membantai Australia dengan skor 6-0, Tim yang kala itu diperkuat Dunga cs itu harus gigit jari setelah dijungkalkan tuan rumah Piala Dunia 1998, Perancis dengan skor 0-3.
Bak kartu domino yang saling sambung menyambung, pada perhelatan berikutnya, Perancis yang perkasa karena telah menyabet dua gelar istimewa, yakni Piala Dunia dan Piala Eropa, kembali menambah gelarnya dengan menjuarai Piala Konfederasi 2001 setelah menaklukkan Jepang 1-0 di final. namun, setahun berselang, di Piala Dunia 2002 Korea-Jepang, tim Ayam Jantan bernasib sial setelah hanya mampu menempati posisi buncit di Grup A di bawah Denmark, Senegal, dan Uruguay. Mereka pun terpaksa angkat koper lebih awal.
Brasil kembali menjadi juara Piala Konfederasi untuk kedua kalinya setelah mengalahkan rival abadinya Argentina di final Piala Konfederasi 2005 di Jerman. Seperti juara-juara sebelumnya, Brasil pun bernasib sial di Piala Dunia 2006 Jerman, setelah hanya mampu mencapai babak perempat-final sebelum dikalahkan Prancis 0-1.
Lagi-lagi Brasil menjadi jawara Piala Konfederasi pada gelaran di Afrika Selatan 2009 silam. Ketika itu di final skuad asuhan Carlos Dunga mengalahkan Amerika Serikat dengan skor 3-2. Seperti bisa ditebak, nasib mereka di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan pun sama, tersisih di perpempat-final setelah dikalahkan Belanda 1-2.
Dan Hari ini Brasil berhasil mencatatkan hattrick juara Piala Konfederasi atau trofi keempatnya setelah dengan perkasa menaklukkan tim yang dianggap terkuat saat ini, Spanyol dengan skor mencolok, 3-0. Lalu bagaimana nasib Selecao di Piala Dunia tahun depan? Apakakah akan kembali terulang kesialan-kesialan yang terlanjur dianggap kutukan itu?
Sepakbola adalah satu olah raga yang lekat dengan mitos dan tahayul. Kemenangan dan kekalahan suatu tim dalam sebuah laga, kerap mendapat respon yang kadang kala malah menjurus ke mistik.
Kemenangan Brasil atau kekalahan Spanyol di ajang Piala Konfederasi yang baru usai itu, tentu menyisakan satu cerita lain di pinggir lapangan.
Apalagi kisah mengenai perhelatan Piala Konfederasi yang konon sarat dengan kutukan ini, tentu akan menjadi perbincangan menarik lain daripada seputar kegagahan Brasil mempecundangi Spanyol dengan tiga gol tak berbalas.
Sebagai satu-satunya negara yang hari ini bisa mencetak quatrick gelar juara Piala Konfederasi, Brasil boleh saja berbangga hati. Gelar pada tahun 1997, 2005, 2009 dan 2013 itu tentu akan menjadi catatan sejarah selama pergelaran ajang ini digelar pertama kali dengan nama Piala Raja Fahd di tahun 1992.
Namun, sejak digelar pada tahun 1992 lalu, tercatat sejumlah kutukan menimpa para jawara yang berhasil meraih gelar juara Piala Konfederasi.
Berawal dari kesialan yang menimpa juara King Fahd Cup, Argentina pada 1992. Dalam edisi perdana laga itu, Argentina sukses menenggelamkan negara yang sudah mengagas kejuaran yang hari ini dikenal sebagai Turnamen Piala Konfederasi. Arab Saudi harus bertekuk lutut di hadapan argentina dengan skor 1-3. Namun, dua tahun setelah pesta pora kemenangan itu, Argentina harus mengepak koper dari Amerika Serikat. Tim Tango harus mundur dari ajang Piala Dunia 10994 setelah hanya mampu mencapai ronde kedua dan disingkrkan Rumania2-3.
Brasil pun mengalami kesialan yang sama. Meski pada perdana Piala Konfederasi 1997 berhasil membantai Australia dengan skor 6-0, Tim yang kala itu diperkuat Dunga cs itu harus gigit jari setelah dijungkalkan tuan rumah Piala Dunia 1998, Perancis dengan skor 0-3.
Bak kartu domino yang saling sambung menyambung, pada perhelatan berikutnya, Perancis yang perkasa karena telah menyabet dua gelar istimewa, yakni Piala Dunia dan Piala Eropa, kembali menambah gelarnya dengan menjuarai Piala Konfederasi 2001 setelah menaklukkan Jepang 1-0 di final. namun, setahun berselang, di Piala Dunia 2002 Korea-Jepang, tim Ayam Jantan bernasib sial setelah hanya mampu menempati posisi buncit di Grup A di bawah Denmark, Senegal, dan Uruguay. Mereka pun terpaksa angkat koper lebih awal.
Brasil kembali menjadi juara Piala Konfederasi untuk kedua kalinya setelah mengalahkan rival abadinya Argentina di final Piala Konfederasi 2005 di Jerman. Seperti juara-juara sebelumnya, Brasil pun bernasib sial di Piala Dunia 2006 Jerman, setelah hanya mampu mencapai babak perempat-final sebelum dikalahkan Prancis 0-1.
Lagi-lagi Brasil menjadi jawara Piala Konfederasi pada gelaran di Afrika Selatan 2009 silam. Ketika itu di final skuad asuhan Carlos Dunga mengalahkan Amerika Serikat dengan skor 3-2. Seperti bisa ditebak, nasib mereka di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan pun sama, tersisih di perpempat-final setelah dikalahkan Belanda 1-2.
Dan Hari ini Brasil berhasil mencatatkan hattrick juara Piala Konfederasi atau trofi keempatnya setelah dengan perkasa menaklukkan tim yang dianggap terkuat saat ini, Spanyol dengan skor mencolok, 3-0. Lalu bagaimana nasib Selecao di Piala Dunia tahun depan? Apakakah akan kembali terulang kesialan-kesialan yang terlanjur dianggap kutukan itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan