Tampilkan postingan dengan label Cekak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cekak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 November 2016

"Pedagogi"



Oleh: Hujan Tarigan

Sekelompok kaum tengah merayakan keberhasilannya memasang api unggun di dalam gua. Mereka menari, merayakan bayangannya sendiri. Mereka takjub dengan penemuan teknologi.

Jelang dinihari, manusia gua mulai panik. Api yang menyala mulai padam cahayanya. Samar dan kian redup, bayangan di dinding gua mulai menghilang. Kegelapan mulai pasti menyelubungi. Manusia gua bergandengan tangan menatap pesta api yang beranjak kelam. Mereka bertangisan, mengharap bayangan mereka sendiri kembali hadir dan menghibur mereka.

Stasiun Binjai, 29/11/2015


Minggu, 31 Juli 2016

Toleransi

Si Sompret punya tradisi. dan itu sudah turun temurun terjadi di kampungnya. Tradisi itu, minum kopi di warung saban memulai pagi. Suatu masa, Si Tengil yang memang seorang juragan coklat mulai memperkenalkan coklat panas ke warung-warung kopi yang ada di sekitar lingkungan si Sompret. Karena si Tengil memang seorang pengusaha, dia pun mengusahakan keras agar tradisi minum kopi diganti dengan minum coklat panas.
Untuk upayanya membangun tradisi baru itu, tentu saja tak mudah bagi si Tengil. Meski sudah mendapat dukungan dari pejabat setempat, dan mempersulit distribusi kopi ke kampung Si Sompret, namun tetap saja jualan Si Tengil sepi. Lantas, sederet kampanye negatif pun dimulai untuk memuluskan tradisi baru yang dipelopori si Tengil. Suatu ketika, SI Tengil muncul di warung tempat biasa Si Sompret dan kawan-kawannya memulai pagi dengan menyeruput kopi. 

Senin, 04 Juli 2016

Induksi

Oleh: Hujan Tarigan

Diam-diam, Tom dan Jerry sama-sama merindukan. Mereka akan saling mencari apabila salah satu dari mereka tidak berada di lokasi syuting. Tom dan Jerry hidup saling bergantungan. Tom membutuhkan Jerry agar dapurnya ngebul, dan Jerry pun membutuhkan Tom, agar anak-istrinya bisa makan.

Rabu, 03 Desember 2014

Mitos

Oleh: HT

Seseorang berteriak heboh sambil menghampiri sekumpulan orang yang sedang membicarakan Kolor Ijo.
"Bro, mas, zus, mba, bung, koh, chik, cuy... aku melihatnya!"

Kemudian seseorang dari kelompok itu bertanya. "Apa? siapa yang kau lihat?"

Sambil mengatur jalan nafasnya, orang yang berlari menghampiri itu pun menjawab "Kolor Ijo... aku melihat Kolor Ijo!"

Buset dah. Sontak saja, semua orang yang sedang membicarakan Kolor Ijo kian panik. Untuk memecahkan kepanikan itu, salah seorang dari mereka kemudian bertanya kepada si pembawa berita.

"Ha? coba kau jelaskan bagaimana Kolor Ijo itu?"
Yang di tanya kemudian cengengesan. Kemudian, sambil memastikan nafasnya berjalan teratur, dia bersabda "Percuma bro... kalau kukasih tau pun kalian tak percaya..."

Binjai, 19/11

Kamis, 09 Oktober 2014

Diferensiasi

Oleh: HT

Dia tak pernah lelah menjadi saputangan. Walau pekerjaan yang dilakukannya kadang terlampau menjijikkan. Bukan itu saja, perlakuan tak pantas malah acap kali dia terima. Setelah menepis ingus, menahan ludah, dia disembunyikan di saku belakang. Di pantat!

Sekali waktu dia hampir menyerah menjadi saputangan. Sebab dia tak kuasa menahan bobot sang tuan yang menindihnya di atas kursi berbahan jati. Dia menangis. Tapi hanya dia sendiri yang mendengar. Dia ingin berhenti menjadi sapu tangan, tapi ingatannya melarang.

"Jangan! Sekali waktu kau pernah terhibur oleh tangisan seorang perempuan yang ditindih sang tuan. Dan kau hadir di sana sebagai penyeka air mata"

Meski menangis, saputangan membatalkan niat untuk menyerah. Sambil menahan sakit dia umbar senyuman dan berkata: "aku adalah pahlawan"

Sayangnya sang tuan tak pernah bisa mendengar. Dia tetap duduk manis di atas kursi berbahan jati. Dan saputangan harus menerima kenyataan itu.

Binjai, 17/9

Sadomasokis

Oleh: HT

Lelaki itu terus berjalan. Nyeri dan perih ditanggungnya sebagai kewajaran. Padahal, kakinya sudah basah oleh darah, sedang aspal jalanan sudah berubah menjadi merah.

Dia hidup di dalam pilihan yang sudah dipilihkan untuknya. Menjadi buruh panggul yang saban waktu harus menggeret gerobak yang ditumpangi majikannya. Rute yang dilewatinya sama sekali tak dapat dikatakan mudah. Beling dan duri menikam telapak kakinya, sementara cambuk terus diarahkan ke pundaknya.

"Jalan, pemalas! Aku tau kau menikmati perjalanan ini!" teriak majikannya sambil mengayunkan cambuk ke pundak lelaki itu.

Lelaki itu tetap melangkah. Dia tersenyum. Sementara darahnya terus tersadap....

Binjai, 9/10 dinihari

Senin, 29 September 2014

Tragedi

KARENA keadaan gelap, Sompret tak tahu bahwa batu yang digenggamnya adalah berlian. Dia lebih memilih lari ke arah etalase toko yang diterangi merkuri. Dia tertarik dengan untaian batu kali yang diukir sedemikian rupa penuh seni. Lalu, hasrat ingin memiliki pun muncul. Dengan tangkas, Sompret melempar kaca jendela etalase dengan batu yang digenggamnya hingga pecah. Kemudian dia mencuri batu kali. Keadaan begitu gelap ketika itu, satu-satunya sinar adalah merkuri di dalam etalase toko.

"Eureka!" teriak dia berulang-ulang sambil berlari kembali menuju kegelapan.

Binjai 200914

Disclaimer

Selamat datang di C3 Hujan Tarigan. Semua tulisan yang ada di blog ini dapat diapresiasi secara bebas. Silakan mengutip sebagian atau seluruh tulisan asal dengan catatan menyebutkan nama penulis dan alamat Catatan Catatan Cacat. Terima kasih atas kunjungan Anda. dan jabat erat dari Saya.