Kamis, 09 Oktober 2014

Diferensiasi

Oleh: HT

Dia tak pernah lelah menjadi saputangan. Walau pekerjaan yang dilakukannya kadang terlampau menjijikkan. Bukan itu saja, perlakuan tak pantas malah acap kali dia terima. Setelah menepis ingus, menahan ludah, dia disembunyikan di saku belakang. Di pantat!

Sekali waktu dia hampir menyerah menjadi saputangan. Sebab dia tak kuasa menahan bobot sang tuan yang menindihnya di atas kursi berbahan jati. Dia menangis. Tapi hanya dia sendiri yang mendengar. Dia ingin berhenti menjadi sapu tangan, tapi ingatannya melarang.

"Jangan! Sekali waktu kau pernah terhibur oleh tangisan seorang perempuan yang ditindih sang tuan. Dan kau hadir di sana sebagai penyeka air mata"

Meski menangis, saputangan membatalkan niat untuk menyerah. Sambil menahan sakit dia umbar senyuman dan berkata: "aku adalah pahlawan"

Sayangnya sang tuan tak pernah bisa mendengar. Dia tetap duduk manis di atas kursi berbahan jati. Dan saputangan harus menerima kenyataan itu.

Binjai, 17/9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan

Disclaimer

Selamat datang di C3 Hujan Tarigan. Semua tulisan yang ada di blog ini dapat diapresiasi secara bebas. Silakan mengutip sebagian atau seluruh tulisan asal dengan catatan menyebutkan nama penulis dan alamat Catatan Catatan Cacat. Terima kasih atas kunjungan Anda. dan jabat erat dari Saya.