Oleh: HT
Lelaki itu terus berjalan. Nyeri dan perih ditanggungnya sebagai
kewajaran. Padahal, kakinya sudah basah oleh darah, sedang aspal jalanan
sudah berubah menjadi merah.
Dia hidup di dalam pilihan yang sudah dipilihkan untuknya. Menjadi buruh panggul yang saban waktu harus menggeret gerobak yang ditumpangi majikannya. Rute yang dilewatinya sama sekali tak dapat dikatakan mudah. Beling dan duri menikam telapak kakinya, sementara cambuk terus diarahkan ke pundaknya.
"Jalan, pemalas! Aku tau kau menikmati perjalanan ini!" teriak majikannya sambil mengayunkan cambuk ke pundak lelaki itu.
Lelaki itu tetap melangkah. Dia tersenyum. Sementara darahnya terus tersadap....
Binjai, 9/10 dinihari
Dia hidup di dalam pilihan yang sudah dipilihkan untuknya. Menjadi buruh panggul yang saban waktu harus menggeret gerobak yang ditumpangi majikannya. Rute yang dilewatinya sama sekali tak dapat dikatakan mudah. Beling dan duri menikam telapak kakinya, sementara cambuk terus diarahkan ke pundaknya.
"Jalan, pemalas! Aku tau kau menikmati perjalanan ini!" teriak majikannya sambil mengayunkan cambuk ke pundak lelaki itu.
Lelaki itu tetap melangkah. Dia tersenyum. Sementara darahnya terus tersadap....
Binjai, 9/10 dinihari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan