Oleh: Hujan Tarigan
(Untuk kematian lambang penguasa Rezim Pembunuh: Orde Baru)
Tiga generasi, keluargaku terpaksa melata
Tiga generasi, keluargaku tak punya marwah
Tiga generasi, keluargaku tak bisa hidup bebas
menikmati hari-hari yang cerah dan udara merdeka!
Selama itu, aku coba tenangkan diriku,
Mencoba iklas dan berdamai pada keadaan
Memaksa lupakan, kegetiran masa silam
-Aku hampir berhasil menjadi manusia baru yang bebas dari masa lalu-
Namun, ketika ingatan itu kembali lagi,
Ketika suara-suara yang terbungkam itu mengiang di telinga kanan dan
kiri
Aku semakin yakin; memang tak mudah untuk mengubur sejarah
Dan memang mustahil untuk berdamai dengan masa lalu
Minggu siang aku dipaksa untuk mengingat kembali
Melalui corong-corong radio dan televisi
Melalui lembaran halaman koran yang tak pernah memberikan aku
kejelasan,
Melalui himne lagu puji-pujian gugur bunga
Aku berpikir, bagaimana bisa, lupa datang dengan begitu gampang
Tiga generasi duka dan nestapaku terjadi
Dua-empat hari aku dipaksa melupakan semuanya
Sekian luka sayatan di sekujur tubuhku bersaksi
Tak akan mudah bagiku memaafkan semuanya
Sekarang, bunga benar-benar gugur
Himne puji-pujian habis semua dinyanyikan
Pelayat akan meninggalkan tanah pekuburan
Tapi aku, tetap tak bisa menguburnya jauh di dalama ingatan
Wahai! Mungkin, jikalau gugur bunga adalah sesuatu yang pasti terjadi,
maka aku hanya bisa memafkan sejarah
Namun, sebagai manusia yang terluka, aku tak bisa lagi menerima bisa
Biar ke pengadilan tuhan, tetap ku tuntut bela jua!
27 Januari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan