Senin, 01 September 2014

Metamorfosa Kera (cuplikan adegan)


"Dulu, nenek moyang kita memiliki teknologi sosial media yang lebih canggih dari twitter dan Facebook. Sayangnya, kecanggihan media itu membuat banyak dari pendahulu kita malah tumbuh menjadi sebaliknya. Mereka menjadi asosial. Asik dengan semacam blackberrynya masing-masing. Mereka pesan makanan, minuman, pelayanan seksual, dan mereka bercinta pun di dunia digital. Dunia berjalan dengan tak wajar, sehingga akhirnya musim pun berjalan dengan tak teramal. Nenek moyang kita lupa bahwa ketika itu sebuah keadaan berbahaya tengah mengintip kehidupan umat manusia di dunia. Hingga satu ketika.... tiba-tiba twitter dan facebook menghilang dari dunia. Nenek moyang kita menjadi mahluk ambigu dan gagap kenyataan. Mereka menjadi murung. Galau dan kacau. Bulu-bulu terus tumbuh di tubuh mereka. Mereka lupa cara bercukur. Dan kemurungan itu jelas tampak dari wajahnya. Dan wajah itulah yang kini kita warisi dari mereka. Berjuta tahun lampau, kita pun memutuskan untuk kembali hidup sebagai mahluk komunal. Sayangnya kita sudah tak mampu lagi menciptakan hal baru bagi dunia. Kita berjalan mundur. Kita memang terlambat untuk mengantisipasi bahaya itu. Tapi, walaupun keadaan sekarang sungguh mengecewakan, dan nasib baik tetap jauh memihak kita, tetaplah bangga. Sebab, kita tak perlu belajar bahasa inggris, bahasa arab, bahasa tiongkok, bahasa indonesia, bahasa jepang, korea dan sebagainya. Kita tak perlu bahasa yang berbeda-beda. Sebab kini kita punya satu bahasa yang sama. Yang mudah memudahkan kita berkomunikasi dengan saudara-saudara kita di arab, jepang, tiongkok, inggris dan korea. Bahasa itu adalah bahasa MONYET," ujar Wan Abud kepada cucunya yang berusia 34 minggu.

Sementara dari jauh, Charles Darwin menguping pembicaraan mereka. Dalam hati dia berkata: "Suatu hari orang-orang akan tahu, kenapa tesisku mengatakan bahwa manusia itu keturunan monyet. Itu adalah pernyataan politis dan bukan akademis. Raja dan sultan di manapun berada akan sadar, bahwa mahkota dan singgasana yang mereka pakai itu tak ada gunanya. Sebab, suka tak suka, mereka berasal dari moyang yang sama dengan jelata: MONYET!"

(dikutip dari Metamorfosa Kera, Cerita pendek, Hujan Tarigan 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan

Disclaimer

Selamat datang di C3 Hujan Tarigan. Semua tulisan yang ada di blog ini dapat diapresiasi secara bebas. Silakan mengutip sebagian atau seluruh tulisan asal dengan catatan menyebutkan nama penulis dan alamat Catatan Catatan Cacat. Terima kasih atas kunjungan Anda. dan jabat erat dari Saya.