Senin, 19 Januari 2015

Extra Ghost Attack!

Oleh Hujan Tarigan

 DEMIKIANLAH yang terjadi. Ketika mentari terbit dari rerimbunan impian liar tentang masa depan yang gilang gemilang. Maka kita akan melihat wangsa Malena berjalan dengan wajah menghadap ke belakang sambil terus mengeluarkan umpatan dari mulut mereka yang dihuni sebarisan gigi rusak dan wajah awet oleh plastik dan karet. Mereka adalah kaum yang gusar. Gelisah akan sapaan matahari di kala mengawali hari mereka yang dipenuhi segenap penyesalan dengan mimpi-mimpi yang ditawarkan iklan sejak generasi sebelum mereka.

Maka dengan dibantu beberapa pengawal setianya, berdirilah Onabe, kepala suku Malena di atas hamparan permadani yang terbuat dari kulit rusa terakhir yang hidup di atas hutan Malena. Wajahnya ketat. Awet dirawat silikon dengan beberapa tonjolan di pipinya meleleh membentuk tonjolan pipi yang baru, sehigga wajahnya yang awet itu jadi tampak seperti memiliki tiga pipi.


"Kita telah dikutuk oleh generasi sebelum kita. Dan tradisi kita ini adalah sejelek-jeleknya kebiasaan yang disakralkan oleh para founding fathers wangsa ini," dia jeda sejenak. Menahan tekanan udara yang siap meledakkan dadanya. Air matanya tak terbendung lagi. Ini adalah pidato terakhirnya sebelum beberapa waktu lagi dia akan melenggang juga kepada keagungan hidup yang abadi, seperti yang menjadi impian bersama wangsa itu; hidup kekal dengan meminum air suplement racikan Extra Ghost.

"Sekarang, sebelum akhirnya aku akan menjadi kekal seperti orang lain yang sudah lebih dulu menjadi kekal, aku berfatwa kepada kau semua wangsa Malena, tentang penghancuran tradisi lama dan kembali kepada kehidupan sebenarnya yang akan dengan sadar kita lewati, dan demi generasi penerus wangsa ini," isaknya yang diikuti raungan kaum Malena yang hadir di ruang sidang itu. Kemudian, dengan separuh berbisik dia mengutuki penyesalannya atas mimpi-mimpi yang ditawarkan iklan tentang keabadian. "Mestinya sejak dahulu. Sekarang sudah terlambat. Terlambat," disusul dengan ambruknya Onabe.

Dan tak ada kedukaan paling mendalam yang dirasakan wangsa itu selain kematian ketua sukunya yang mampu bertahan hidup hingga 54 tahun. Sebuah bilangan umur yang langka bisa ditemukan di kalangan mereka yang sejak sepuluh generasi hidup dengan menenggak suplemen Extra Ghost. Maka untuk mengenang kematian orang tertua yang hidup di tanah Malena itu, Jimbaran, lelaki 37 tahun, sebagai orang yang telah dipersiapkan menggantikan Onabe, naik ke podium dan memberikan pidato.

"Hari ini sebelum jenazah Onabe diberangkatkan ke perabuan, sebelum aku emban tugas-tugasnya sebagai pemimpin Wangsa Malena dan seluas-luasnya bagi bangsa lain di atas bumi ini. Dengan restu Onabe Sang Penakluk, kita akan menciptakan tradisi baru dan merancang sistim keberlangsungan hidup yang baru. Hal ini kusampaikan dengan sewajarnya dan penuh keinsyafan."

Maka ketika mentari terbit lagi di hari yang lain, sekumpulan orang sudah berbaris rapi di halaman kekaisaran. Dengan penuh perhatian mereka menantikan instruksi kerja yang akan disampaikan langsung oleh Jimbaran.

"Sebagai wangsa pilihan karena telah dilahirkan sebagai kaum yang terkuat, terpintar, kita mengemban tugas yang berat. Apa yang tak miliki wangsa ini? Teknologi? Senjata? Ekonomi yang modern, atau media propaganda? Kita punya. Kita punya. Dan oleh itu kita menjadi penguasa di atas bumi ini. Namun, kekeliruan telah dimulai sejak kita membangun peradaban ini. Untuk pertama kali dalam sejarah seorang anak Malena, Onabe Sang Penakluk telah melemparkan sebuah perenungan yang agaknya akan memberikan ketenangan setiap kali kita bangun dan melihat matahari. Apakah kalian percaya pada kata-katanya?" seru Jimbaran dan diikuti seruan parau dari mulut-mulut orang yang hadir di tempat itu.

"Percaya!"

"Yah, kita bisa! Kita bisa hidup lebih lama dan akan terus hidup mengawal bumi ini, menguasai bangsa lain, menjaga keseimbangan dan seterusnya demi cita-cita pendahulu kita, bahwa wangsa kita lah yang menentukan apapun yang berlaku di atas setiap jengkal tanah bumi ini," ujar Jimbaran berapi-api. Sementara dia berpidato, seisi bumi tengah menantikan kelanjutan nasib mereka di tangan penguasa baru itu.

Sambil berdiri menghadap orang-orangnya, Jimbaran yang wajahnya dipenuhi suntikan silikon itu kemudian melanjutkan pidatonya serta mengucapkan ikrarnya. "Demi Extra Ghost yang kita minum. Demi kekuatan dan keabadian yang ada di dalamnya, maka dengan ini, sebuah tradisi baru akan lahir di era kita. Dan berbanggalah kau semua yang hari ini menjadi pelaku bagi perubahan itu. Maka sudah sepantasnya, hari ini, aku deklarasikan bahwa Wangsa Prawarna harus ditaklukkan dengan perkawinan. Untuk generasi masa depan, untuk usia yang panjang!"

Nun di sebuah daratan. Hidup sekelompok orang yang melanjutkan hidupnya dengan sewajarnya. Mereka bersahabat dengan alam, hidup lebih lama, memiliki wajah dan gigi yang bagus. Meski pada akhirnya mereka tersisih dari keramahan dunia luar, namun mereka tidak tertaklukkan. Mereka yakin pada mekanisme yang dirumuskan alam. Mereka yakin bila datang saatnya, fisik mereka akan layu dengan sendirinya. Dan yang paling penting, meski dijejali bujuk rayu iklan, mereka tetap hidup bebas dari Extra Ghost . Dan karena keyakinan mereka yang kuat itu, selama delapan generasi mereka terus menghadapi gempuran ideologi dan konsekuensi yang diterapkan Malena dan wangsa satelitnya. Meski hidup dalam kesunyian dan keterasingan tetapi Wangsa Prawarna kian kokoh menjadi sebuah wangsa yang berkarakter.

Pukul 19 lebih sekian menit. Ketika tiba-tiba saluran yang tengah menayangkan berita dalam kawasan Prawarna dipotong iklan Extra Ghost, Piek Dan langsung cemas. Begitu pula dengan orang-orang yang ketika itu duduk di depan televisi. Semua memiliki pertanyaan yang sama. Alamatkah, agresi Malena kembali dalam waktu dekat ini? Sambil bergegas beranjak dari rumahnya, lelaki yang masih bugar di usia 54 tahun itu langsung menemui kepala suku Prawarna dan mempertanyakan Extra Ghost yang tiba-tiba muncul di layar televisinya. Kepala suku pun tak tahu apa yang sedang terjadi. Sampai pada akhirnya, serombongan lelaki dan perempuan kocar-kacir berhamburan ke arah mereka.

"Stasiun televisi sudah direbut,"
"Mereka datang!"
"Malena masuk juga dengan kekuatan senjata. Apa yang boleh kita perbuat, Ketua?"

Menghadapi ketakutan kaumnya, kepala suku Prawarna tak bisa berbuat apa-apa. Malena adalah wangsa terkuat di jagat ini. Menghadapinya dengan kekuatan senjata adalah hal paling konyol yang dilakukan pecinta kedamaian. Meski sudah mempersiapkan diri selama delapan generasi, faktanya Prawarna hanyalah wangsa terbelakang dengan semangat berkobar di dalam dada. Tak cukup mempertahankan hidup hanya dengan modal semangat. Dan keyakinan? Dimana keyakinan yang dipuja-puji itu ketika keadaan yang paling ditakutkan benar-benar terjadi?

Di tengah kepanikan itu, Piek Dan muncul dan mengembalikan keyakinan itu.

"Ketika kita sendirian, ketika kita ditinggalkan, tapi yakinlah saudaraku seideologi dan seiman. Jangankan senjata, iklan mereka pun berhasil kita lawan. Sesungguhnya tak ada serangan yang lebih dashyat dari iklan. Dan kita sudah buktikan itu. Kita melawan iklan mereka. Sekarang mereka datang dengan senjata. Kenapa mesti ragu? Ayo, berdiri bersamaku. Kita hadapi senjata mereka dengan senjata kita!" serunya.

Dan ketika pada akhirnya seluruh orang berdiri menghadang laju invasi Wangsa Malena, hanya kekalahan saja yang diperoleh Wangsa Prawarna dan kematian yang agung yang diterima Piek Dan. Seluruh perempuan dikumpulkan di lapangan. Jimbaran turun langsung untuk memilih perempuan yang akan dikawinkan dengan lelaki dari Malena.

"Untuk mereka kami datang. Untuk generasi yang akan datang. Dan untuk keberlanjutan kepemimpinan dunia. Seharusnya kalian lelaki dari Prawarna berbangga karena kami sudah menaikkan derajat kalian di mata dunia. Sejak hari ini kuhapuskan isolasi dan sanksi sosial internasional yang kalian hadapi. Dan perempuan-perempuan Prawarna akan menjadi ibu dari pemimpin dunia. Manusia unggul yang akan hidup lebih lama. Manusia yang memiliki wajah asli dan kisut ketika renta," ujarnya pada pidato pembebasan Prawarna dari isolir dunia.

Maka demikianlah yang terjadi. Ketika perempuan-perempuan Wangsa Prawarna diboyong ke Malena, lelaki di Prawarna tidak dikenakan kompensasi apapun atas terbebasnya mereka dari tradisi yang sudah sepuluh generasi dijaga bersama. Sebagai gantinya mereka diwajibkan membeli produk Extra Power Ghost.

Bintaro, 28 Juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan

Disclaimer

Selamat datang di C3 Hujan Tarigan. Semua tulisan yang ada di blog ini dapat diapresiasi secara bebas. Silakan mengutip sebagian atau seluruh tulisan asal dengan catatan menyebutkan nama penulis dan alamat Catatan Catatan Cacat. Terima kasih atas kunjungan Anda. dan jabat erat dari Saya.