Oleh: Hujan Tarigan
Sepuluh tahun yang lalu, dia jatuh, tetapi tidak kalah sayang
Sebuah pesta kemenangan, huru-hara di gedung dewan seolah mau mengatakan
Rakyat sudah menang!
Namun bentengnya masih kuat menjulang
Dijaga seluruh loyalis yang bertahan di pemerintahan
Kekuatannya tak luntur dimakan zaman
Kemudian kita berhenti berpesta, meributkan kekalahan kita sayang
Wajah kuyu dibalut keriput
Menatap peta dan lantakan penderitaan rakyat Indonesia
Indonesia tambah seru
Dipenuhi bandit badut dan penipu
Hari itu 21 Mei
Tawa kemenangan sementara
membuncah, membahana, membelah angkasa
sambil menyanyiakan Indonesia Raya
tapi, yang nyata
adalah undakan tangga kekalahan dan kegagalan cita-cita
Kita tidak tahu untuk siapa kita datang
kemudian kita mengibarkan bendera setengah tiang, tetapi kita lupa sayang
sebuah slogan kosong di atas kafan mau berkata:
Kita sudah gagal!
Hujan, Sukabumi, 20 Februari 2008
(puisi ini jelas terinspirasi atas kegagalan reformasi. Terima kasih kepada Toto
Sudarto Baktiar, yang telah mengingatkan bangsa ini lewat puisinya: Pahlawan Tak
Dikenal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan