Selasa, 12 Maret 2019

Malaka Terbelah, Antara Kesetiaan Hang Jebat dan Keyakinan Hang Tuah

Oleh: Hujan Tarigan


GANGGUAN BIPOLAR yang tengah menjangkiti sebagian besar masyarakat Indonesia hari ini, termasuk penghuni dunia maya, menjadi ancaman serius dalam menghadapi suksesi Pemimpin Negara pada 17 April 2019 mendatang.

Dalam dunia medis, gangguan bipolar ini terhubungan dengan perubahan suasana yang tengah bergelayut di hati dimulai dari titik terendah depresif/tertekan menuju kulminasi tertinggi/manik.

Meski perawatan dapat membantu, namun gangguan ini tidak dapat disembuhkan. Di titik kronis, gangguan ini bisa bertahan selama bertahun-tahun atau bahkan sampai penghidapnya berkalang tanah.


Pemilih milenial masuk dalam usia ranum pengidap gangguan ini. Penyebab pasti gangguan bipolar belum bisa diketahui. Namun kombinasi genetika, lingkungan, serta struktur dan senyawa kimia pada otak yang berubah bisa berperan atas terjadinya gangguan.

Pada fase manik, pengidap mengalami gejala seperti energi tinggi, jam tidur yang kurang, dan sering berkhayal. Sebaliknya, dalam episode depresi dapat meliputi gejala seperti energi yang rendah, motivasi rendah, serta kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari.

Pada saat gangguan itu terjadi, selama beberapa hari hingga berbulan-bulan pengidap bahkan bisa berpikiran untuk bunuh diri.

Seram ya?

Penulis Hikayat Hang Tuah yang anonim itu menjelaskan cara penyembuhan yang efektif bagi penderita yang mengalami gangguan bipolar itu. Terapinya adalah dengan tikam-tikaman.

Pada akhir Hikayat Hang Tuah berkutat pada kekuasaan, Hang Tuah yang dikenal sebagai Laksamana Besar Kelautan Nusantara itu dikisahkan memiliki kemampuan menguasai 12 bahasa. Itu sebab, raja Malaka menitahkan kepadanya berangkat ke Majapahit untuk mengawal pernikahan raja dengan putri Betara bernama Galuh Cendera Kirana. Dalam petualangannya di Tanah Jawa, Hang Tuah berhasil merebut keris pusaka dari salah seorang hulubalang dan pendekar Majapahit. Keris itu bernama Taming Sari.

Melalui Keris itulah, Hikayat Hang Tuah ditutup dengan adegan kematian sahabat karibnya Hang Jebat.

Tatkala Hang Tuah difitnah Raja pada adegan selanjutnya, Hang Jebat muncul untuk membalaskan sakit hatinya terhadap raja.

Meskipun yang muncul ke permukaan adalah karena penindasan yang dilakukan negara kepada rakyat, namun alasan utama Hang Jebat masuk ke istana dan melakukan kudeta adalah karena sahabat karibnya difitnah dan diusir dari Malaka.

Sampai disitu, gangguan bipolar menjangkiti Hang Jebat. Kesetiannya pada Hang Tuah mampu menggerakkan otot-otot motoriknya untuk bergerak, dan menghimpun kekuatan rakyat untuk masuk ke istana dan mengusir raja. Tak ada yang bisa meragukan kesetiaan Hang Jebat pada sahabat kecilnya Hang Tuah. Bersama Hang Lekiu, Hang Kesturi dan Hang Lekir. Berlimanya menjadi penggawa yang bisa diandalkan raja Malaka sebelum terjadi perpecahan di tingkat elit pada masa itu.

Di sisi lain, Hang Tuah, yang dikenal dengan semboyan hidupnya "Patah Tumbuh Hilang Berganti, Esa Hilang Dua Terbilang" juga mengalami gangguan yang sama dengan mangsanya. Semangatnya terbakar tatkala negaranya dalam ancaman bahaya kudeta sahabatnya.

Sampoai di situ, kita bertanya. Bagaimana mungkin ada orang yang setia kepadanya kemudian dihabisi hanya gara-gara Hang Tuah setia pada negara?

Pertentangan keduanya berasal dari persepsi yang bias yang dibangun oleh kepentingan politik.

Hang Tuah sebagai abdi negara bersumpah serapah akan melakukan apapun yang bertentangan dengan keyakinannya, yakni Negara. Sedang Hang Jebat sudah mengeluarkan maklumat, "Raja alim raja disembah, raja lalim, raja disanggah," keduanya akhirnya saling bertikam.

Untuk menyelesaikan perdebatan kedua pahlawan itu, Hang Jebat yang melakukan penghianatan kepada negara kmemang karena dilandasi semangat setia kawan akhirnya menyerahkan keris sakti Taming Sari kepada Hang Tuah. Perkelahian selama sepekan diakhiri dengan mengalahnya Hang Jebat, dengan menyerahlan Taming Sari kepada Hang Tuah.

Kejadian itu memilukan. Dus memalukan yang pernah terjadi diantara dua pendekar yang memiliki keyakinan dan kesetiaan yang sama kadarnya.

Keadaan yang dialami keduanya pada masa itu kini agaknya sedang terjadi di tengah masyarakat yang semakin terancam terbelah.

Gangguan bipolar yang dialami kedua sahabat sekaligus pahlawan Malaka itu kini tengah menyelubungi pemilih milenial di Indonesia. Gaangguan itu muncul lewat pertanyaan, apakah calon pemilih yakin pada pilihannya, atau yakin berdasarkan pilihan temannya.

Satu yang harus disadari proses keyakinan itu terbangun tidak sekonyong-konyong. Ada dialektika dan perdebatan, entah di dada entah di kepala. ***

*Penulis Fiksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan

Disclaimer

Selamat datang di C3 Hujan Tarigan. Semua tulisan yang ada di blog ini dapat diapresiasi secara bebas. Silakan mengutip sebagian atau seluruh tulisan asal dengan catatan menyebutkan nama penulis dan alamat Catatan Catatan Cacat. Terima kasih atas kunjungan Anda. dan jabat erat dari Saya.